Beranda | Artikel
Fase Padang Mahsyar dan Al-Haudh (Telaga Nabi ﷺ) - Serial Menuju Akhirat #4
Jumat, 28 Agustus 2020

Fase Padang Mahsyar dan Al-Haudh
(Telaga Nabi
)

Oleh: Ustadz DR. Firanda Andirja. Lc, MA.

Para ulama berbeda pendapat tentang apakah padang mahsyar kelak adalah bumi yang baru atau bumi yang ada saat ini namun dirubah bentuk oleh Allah. Allah ﷻ berfirman,

يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ (48)

(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (QS. Ibrahim : 48)

Dari ayat ini muncul dua pendapat di kalangan para ulama tentang padang mahsyar. Yang pertama berpendapat bahwa padang mahsyar adalah bumi yang lain. Adapun pendapat yang lain mengatakan bahwa padang mahsyar adalah bumi yang ada saat ini,  namun dirubah bentuk oleh Allah ﷻ. Namun pendapat kedua merupakan pendapat yang lebih kuat. Karena Allah ﷻ berfirman dalam ayat yang lain,

وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ (3)

Dan apabila bumi diratakan.” (QS. Al-Insyiqaq : 3)

Dalam ayat yang lain Allah ﷻ berfirman,

يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4)

Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.” (QS. Al-Zalzalah : 4)

Di antara tafsiran ayat ini bahwa bumi akan bersaksi tentang siapa-siapa yang melaksanakan ketaatan di atasnya, dan siapa-siapa yang melaksanakan maksiat di atasnya pula. Sehingga dari sini sebagian ulama mengatakan bahwa bumi yang kita pijak saat ini adalah bumi yang Allah gunakan sebagai padang mahsyar, akan tetapi kelak bumi akan dibuat berbeda dengan yang ada saat ini.

Di padang mashyar orang-orang akan dibangkitkan dalam keadaan beragam kondisi. Orang-orang kafir akan dibangkitkan dalam keadaan mereka berjalan di atas wajah mereka, atau dengan kata lain mereka berjalan dengan wajah mereka. Ketika para sahabat mengetahui berita ini, merekapun bertanya kepada Rasulullah,

حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، كَيْفَ يُحْشَرُ الكَافِرُ عَلَى وَجْهِهِ؟ قَالَ: «أَلَيْسَ الَّذِي أَمْشَاهُ عَلَى الرِّجْلَيْنِ فِي الدُّنْيَا قَادِرًا عَلَى أَنْ يُمْشِيَهُ عَلَى وَجْهِهِ يَوْمَ القِيَامَةِ» قَالَ قَتَادَةُ: بَلَى وَعِزَّةِ رَبِّنَا

Telah bercerita kepada kami Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, bahwa seorang laki-laki berkata: “Wahai Nabi Allah, bagaimana orang kafir dikumpulkan dengan cara dijungkirkan di atas wajahnya?” Nabi menjawab, “Bukankah Dzat yang menjadikannya bisa berjalan dengan kedua kakinya di dunia bisa menjadikannya berjalan di atas wajahnya pada hari kiamat?” Qatadah mengatakan, “Benar, Maha Kuasa Rabb kami“. (HR. Bukhari no. 6523)

Adapun keadaan orang-orang bertakwa di padang mahsyar, mereka akan dimuliakan oleh Allah dengan ditampakkan amal salih mereka selama di dunia. Contohnya adalah orang yang mati syahid, mereka akan datang dalam keadaan berlumuran darah, namun darahnya berbau minyak kasturi. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ,

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ يُكْلَمُ أَحَدٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَنْ يُكْلَمُ فِي سَبِيلِهِ إِلَّا جَاءَ يَوْمَ القِيَامَةِ، وَاللَّوْنُ لَوْنُ الدَّمِ، وَالرِّيحُ رِيحُ المِسْكِ} صحيح البخاري (4/ 19{(

Demi dzat yang jiwaku berada di tanganNya, tidaklah seseorang terluka di jalan Allah, dan Allah yang paling tahu siapa yang terluka di jalanNya, kecuali dia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan bercucuran darah (pada lukanya), dan wanginya semerbak minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 2803)

Orang-orang yang berpuasa juga akan mendapatkan kemuliaan di padang mahsyar. Sebagaimana kita ketahui bahwa diantara keutamaan orang-orang berpuasa dalam sabda Nabi ﷺ,

فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَخُلْفَةُ فَمِ الصَّائِمِ، أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ} صحيح مسلم (2/ 806{(

Demi Dzat yang jiwa Muhamad ada di tanganNya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wanginya kasturi.” (HR. Muslim 2/806 no. 1151)

Sebagian ulama mengatakan bahwa bau tersebut akan tercium pada hari kiamat, sehingga dia terkenal dan orang-orang tahu bahwa dia adalah orang-orang yang suka berpuasa. Kemudian juga kemuliaan bagi seorang muazin adalah dijadikan tinggi oleh Allah ﷻ, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ,

الْمُؤَذِّنُونَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ} صحيح مسلم (1/ 290{(

Para muazin adalah orang yang paling panjang lehernya pada hari kiamat.” (HR. Muslim 1/290 no. 387)

Para muazin akan ditinggikan oleh Allah pada hari kiamat karena sewaktu di dunia mereka senantiasa meninggikan kalimat Allah. Sehingga mereka akan dikenal dan terlihat meski dari jarak yang jauh karena tubuh mereka yang lebih tinggi dari yang lainnya.

Demikianlah orang-orang yang berbuat kebaikan, Allah akan membuat mereka menonjol dibandingkan dengan yang lainnya pada hari kiamat. Bahkan pada hari kiamat kelak Allah akan mencari-cari hambanya yang saling mencintai karena Allah. Dalam hadits qudsi Nabi ﷺ bersabda,

إِنَّ اللهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: «أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلَالِي، الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي} صحيح مسلم (4/ 1988{(

Sesungguhnya Allah akan berfirman pada hari kiamat: ‘Mana orang-orang yang saling mencintai karena keagunganKu? Hari ini kunaungi mereka, di mana tidak ada naungan pada hari ini selain naunganKu’.” (HR. Muslim 4/1988 no. 2566)

Orang-orang yang saling mencintai dan menyambung persaudaraan bukan karena dunia, melainkan karena Allah dan akhirat, maka pada hari tersebut mereka akan dimuliakan dengan pencarian Allah terhadap mereka. Mereka yang sebelumnya ikhlas karena Allah dan tidak ingin terkenal, Allah akan tampilkan dan buat mereka semua tersohor pada hari kiamat kelak.

Kemudian para pelaku maksiat juga akan tonjolkan pada hari kiamat dengan cara dipermalukan oleh Allah ﷻ. Contohnya adalah pendusta dan pengkhianat. Nabi ﷺ bersabda,

لِكُلِّ غَادِرٍ لِوَاءٌ يَوْمَ القِيَامَةِ يُعْرَفُ بِهِ }صحيح البخاري (9/ 25{(

Setiap pengkhianat akan diberi bendera (tanda pengkhianatannya) pada hari kiamat sebagai tanda pengenalnya.” (HR. Bukhari 9/25 no. 6966)

Akhirnya kelak pada hari kiamat orang akan mengenalinya sebagai seorang pengkhianat. Ada juga seorang yang suka meminta-minta secara terus menerus tanpa adanya keperluan dan rasa malu, Allah akan hadirkan pada hari kiamat tanpa wajah. Kata Nabi ﷺ,

لَا تَزَالُ الْمَسْأَلَةُ بِأَحَدِكُمْ حَتَّى يَلْقَى اللهَ، وَلَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ} صحيح مسلم (2/ 720{(

Tidaklah salah seorang dari kalian yang terus meminta-minta, kecuali kelak di hari kiamat ia akan menemui Allah dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya.” (HR. Muslim no. 1040)

Kemudian orang yang akan dipermalukan pada hari kiamat adalah orang yang sombong. Entah dia sombong dengan hartanya, jabatannya, atau nasabnya. Maka ketika di dunia dia merasa besar, maka Allah akan jadikan dia kecil di akhirat seperti semut. Nabi ﷺ bersabda,

يُحْشَرُ المُتَكَبِّرُونَ يَوْمَ القِيَامَةِ أَمْثَالَ الذَّرِّ فِي صُوَرِ الرِّجَالِ يَغْشَاهُمُ الذُّلُّ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ} سنن الترمذي (4/ 655{(

Orang-orang sombong pada hari kiamat akan bangkitkan dalam bentuk seperti semut kecil berwujud manusia. Mereka diliputi kehinaan dari segala penjuru.” (HR. Tirmidzi 4/655 no. 2492)

Demikian pula orang-orang yang berpoligami namun tidak berlaku adil. Nabi ﷺ bersabda,

مَنْ كَانَتْ لَهُ امْرَأَتَانِ فَمَالَ إِلَى إِحْدَاهُمَا، جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَشِقُّهُ مَائِلٌ} سنن أبي داود (2/ 242{(

Barangsiapa yang memiliki dua orang istri kemudian ia cenderung kepada salah seorang diantara keduanya, maka ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan sebelah badannya miring.” (HR. Abu Daud 2/242 no. 2133)

Intinya, semua orang-orang yang berbuat kemaksiatan di dunia, maka Allah akan permalukan mereka sesuai dengan dosa dan maksiat yang mereka lakukan.

Di padang mahsyar matahari diturunkan dalam jarak satu mil dari kepala-kepala manusia. Saking panasnya mereka akan bercururan keringat. Adapun jumlah keringat mereka berbeda-beda, tergantung bagaimana keimanan seseorang. Kata Nabi ﷺ,

تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ، حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ، فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ، فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا} صحيح مسلم (4/ 2196{(

Pada hari kiamat, matahari di dekatkan ke manusia hingga sebatas satu mil. Lalu mereka bercucuran keringat sesuai amal perbuatan mereka. Di antara mereka ada yang berkeringat hingga tumitnya, ada yang berkeringat hingga lututnya, ada yang berkeringat hingga pinggang dan ada yang benar-benar tenggelam oleh keringat.” (HR. Muslim 4/2196 no. 2864)

Akan tetapi di padang mahsyar kelak ada orang-orang yang akan berbahagia karena dinaungi oleh naungan ‘Arsy Allah. Mereka akan dinaungi yang mana tidak ada naungan pada hari itu kecuali naungan ‘Arsy Allah. Di antaranya adalah orang yang rajin bersedekah. Nabi ﷺ bersabda,

كُلُّ امْرِئٍ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُفْصَلَ بَيْنَ النَّاسِ }مسند أحمد بن حنبل (4/ 147(

Setiap orang akan berada di bawah naungan sedekahnya hingga perkara di antara manusia diputuskan.” (HR. Ahmad 4/147 no. 17371)

Kemudian juga di antara yang mendapat naungan pada hari kiamat kelak adalah tujuh golongan yang telah kita ketahui bersama. Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Nabi ﷺ,

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: إِمَامٌ عَدْلٌ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي المَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ }صحيح البخاري (2/ 111{(

Ada tujuh (golongan orang beriman) yang akan mendapat naungan (perlindungan) dari Allah dibawah naunganNya (pada hari kiamat) yang ketika tidak ada naungan kecuali naunganNya. Yaitu; Pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ‘ibadah kepada Rabbnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, “aku takut kepada Allah”, seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri sendirian hingga kedua matanya basah karena menangis” (HR. Bukhari 2/111 no. 1423)

Pertama, pemimpin yang adil; yaitu pemimpin yang tidak berlaku zalim terhadap rakyatnya.
Kedua, seorang pemuda yang menyibukkan diri dengan ibadah kepada Allah; seorang pemuda yang seharusnya mungkin dia bermain-main dan berhura-hura dengan teman sebayanya, akan tetapi dia memilih untuk tumbuh dalam ketakwaan kepada Allah dengan berbagai kegiatan ibadah.
Ketiga, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid; mereka adalah orang-orang yang rindu dikumandangkannya adzan, dia rindu untuk bersimpuh di hadapan Allah ﷻ, dan tidak sebagian dari kita yang tatkala ke masjid, pergi dengan hati yang malas.
Keempat, dua orang laki-laki yang bertemu dan berpisah karena cinta kepada Allah ﷻ.
Kelima, seorang laki-laki yang diajak bermaksiat dengan wanita yang cantik lagi berkedudukan, akan tetapi dia mengatakan “Sesungguhnya saya takut kepada Allah“, sehingga dia tidak terjerumus dalam zina dan maksiat.
Keenam, seseorang yang bersedekah dengan tangan kanannya dan secara sembunyi-sembunyi hingga tidak diketahui oleh tangan kirinya; yaitu orang-orang yang ikhlas dan tidak pernah menceritakan amal salihnya.
Ketujuh, seseorang yang tatkala sendirian, dia mengingat Allah hingga jatuh air matanya (menangis).

Orang-orang beriman yang dinaungi dengan naungan Allah ﷻ pada hari kiamat akan melalui padang mashyar dengan waktu yang singkat, sebagaiman penjelasan para ulama. Adapun orang-orang kafir dan pelaku maksiat, mereka akan merasakan padang mahsyar dengan waktu yang lama. Allah ﷻ,

تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ (4)

Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” (QS. Al-Ma’arij : 4)

فَكَيْفَ تَتَّقُونَ إِنْ كَفَرْتُمْ يَوْمًا يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيبًا (17)

Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban.” (QS. Al-Muzzammil : 17)

Tatkala manusia telah dikumpulkan di padang mahsyar, dan mereka dalam keadaan payah dan parah, merekapun meminta agar Allah ﷻ datang untuk memulai persidangan. Maka saat itu ada yang namanya الشَفَاعَةُ الْعُظْمَى. Yaitu manusia akan mendatangi para Nabi agar memintakan syafa’at bagi mereka kepada Allah dan agar persidangan segera dimulai. Sebagaimana dikisahkan oleh Nabi ﷺ dalam sabdanya,

أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ القِيَامَةِ، وَهَلْ تَدْرُونَ مِمَّ ذَلِكَ؟ يَجْمَعُ اللَّهُ النَّاسَ الأَوَّلِينَ وَالآخِرِينَ فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ، يُسْمِعُهُمُ الدَّاعِي وَيَنْفُذُهُمُ البَصَرُ، وَتَدْنُو الشَّمْسُ، فَيَبْلُغُ النَّاسَ مِنَ الغَمِّ وَالكَرْبِ مَا لاَ يُطِيقُونَ وَلاَ يَحْتَمِلُونَ، فَيَقُولُ النَّاسُ: أَلاَ تَرَوْنَ مَا قَدْ بَلَغَكُمْ، أَلاَ تَنْظُرُونَ مَنْ يَشْفَعُ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ؟ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ لِبَعْضٍ: عَلَيْكُمْ بِآدَمَ، فَيَأْتُونَ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ فَيَقُولُونَ لَهُ: أَنْتَ أَبُو البَشَرِ، خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ، وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ، وَأَمَرَ المَلاَئِكَةَ فَسَجَدُوا لَكَ، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ، أَلاَ تَرَى إِلَى مَا قَدْ بَلَغَنَا؟ فَيَقُولُ آدَمُ: إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ اليَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنَّهُ قَدْ نَهَانِي عَنِ الشَّجَرَةِ فَعَصَيْتُهُ، نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي، اذْهَبُوا إِلَى نُوحٍ، فَيَأْتُونَ نُوحًا فَيَقُولُونَ: يَا نُوحُ، إِنَّكَ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى أَهْلِ الأَرْضِ، وَقَدْ سَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ فَيَقُولُ: إِنَّ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ قَدْ غَضِبَ اليَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنَّهُ قَدْ كَانَتْ لِي دَعْوَةٌ دَعَوْتُهَا عَلَى قَوْمِي، نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي، اذْهَبُوا إِلَى إِبْرَاهِيمَ، فَيَأْتُونَ إِبْرَاهِيمَ فَيَقُولُونَ: يَا إِبْرَاهِيمُ أَنْتَ نَبِيُّ اللَّهِ وَخَلِيلُهُ مِنْ أَهْلِ الأَرْضِ، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ، فَيَقُولُ لَهُمْ: إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ اليَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنِّي قَدْ كُنْتُ كَذَبْتُ ثَلاَثَ كَذِبَاتٍ – فَذَكَرَهُنَّ أَبُو حَيَّانَ فِي الحَدِيثِ – نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي، اذْهَبُوا إِلَى مُوسَى فَيَأْتُونَ، مُوسَى فَيَقُولُونَ: يَا مُوسَى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ، فَضَّلَكَ اللَّهُ بِرِسَالَتِهِ وَبِكَلاَمِهِ عَلَى النَّاسِ، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ، أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ فَيَقُولُ: إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ اليَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَإِنِّي قَدْ قَتَلْتُ نَفْسًا لَمْ أُومَرْ بِقَتْلِهَا، نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي، اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي، اذْهَبُوا إِلَى عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، فَيَأْتُونَ عِيسَى، فَيَقُولُونَ: يَا عِيسَى أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ، وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ، وَكَلَّمْتَ النَّاسَ فِي المَهْدِ صَبِيًّا، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ؟ فَيَقُولُ عِيسَى: إِنَّ رَبِّي قَدْ غَضِبَ اليَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ قَطُّ، وَلَنْ يَغْضَبَ بَعْدَهُ مِثْلَهُ، وَلَمْ يَذْكُرْ ذَنْبًا، نَفْسِي نَفْسِي نَفْسِي اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي اذْهَبُوا إِلَى مُحَمَّدٍ، فَيَأْتُونَ مُحَمَّدًا فَيَقُولُونَ: يَا مُحَمَّدُ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَخَاتِمُ الأَنْبِيَاءِ، وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلاَ تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ، فَأَنْطَلِقُ فَآتِي تَحْتَ العَرْشِ، فَأَقَعُ سَاجِدًا لِرَبِّي عَزَّ وَجَلَّ، ثُمَّ يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ مَحَامِدِهِ وَحُسْنِ الثَّنَاءِ عَلَيْهِ شَيْئًا، لَمْ يَفْتَحْهُ عَلَى أَحَدٍ قَبْلِي، ثُمَّ يُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ سَلْ تُعْطَهْ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ فَأَرْفَعُ رَأْسِي، فَأَقُولُ: أُمَّتِي يَا رَبِّ، أُمَّتِي يَا رَبِّ، أُمَّتِي يَا رَبِّ، فَيُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ أَدْخِلْ مِنْ أُمَّتِكَ مَنْ لاَ حِسَابَ عَلَيْهِمْ مِنَ البَابِ الأَيْمَنِ مِنْ أَبْوَابِ الجَنَّةِ، وَهُمْ شُرَكَاءُ النَّاسِ فِيمَا سِوَى ذَلِكَ مِنَ }صحيح البخاري (6/ 84{(

Aku pemimpin manusia pada hari kiamat, tahukah kalian kenapa? Allah akan mengumpulkan semua manusia dari yang pertama hingga yang akhir dalam satu tanah lapang, seorang penyeru akan menyeru mereka, pandangan menembus mereka dan matahari mendekat, duka dan kesusahan manusia sampai pada batas yang tidak mampu mereka pikul. Orang-orang saling berkata satu sama lain: Apa kalian tidak melihat yang telah menimpa kalian, apakah kalian tidak melihat siapa yang memberi kalian syafaat kepada Rabb kalian. Orang-orang saling berkata satu sama lain: Hendaklah kalian menemui Adam. Mereka menemui Adam lalu berkata: Engkau adalah bapak seluruh manusia, Allah menciptakanmu dengan tanganNya, meniupkan ruh-Nya padamu dan memerintahkan para malaikat lalu mereka sujud padamu, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat kondisi kami, apa kau tidak melihat yang menimpa kami? Adam berkata kepada mereka: Rabbku saat ini benar-benar marah, Ia tidak pernah marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu sesudahnya, dulu Ia melarangku mendekati pohon tapi aku durhaka. Oh diriku, Oh diriku, Ohh diriku. Pergilah pada selainku, pergilah ke Nuh. Mereka mendatangi Nuh lalu berkata: Hai Nuh, engkau adalah rasul pertama untuk penduduk bumi, Allah menyebutmu hamba yang sangat bersyukur, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat kondisi kami, apa kau tidak melihat yang menimpa kami? Nuh berkata kepada mereka: Rabbku saat ini benar-benar marah, Ia tidak pernah marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu sesudahnya, dulu aku pernah berdoa keburukan untuk kaumku, Oh diriku, Oh diriku, Oh diriku, pergilah kepada selainku, pergilah ke Ibrahim. Mereka mendatangi Ibrahim lalu berkata: Wahai Ibrahim, engkau nabi Allah dan kekasihNya dari penduduk bumi, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat kondisi kami, apa kau tidak melihat yang menimpa kami? Ibrahim berkata kepada mereka: Rabbku saat ini benar-benar marah, Ia tidak pernah marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu sesudahnya, dulu aku pernah bedusta tiga kali -Abu Hayyan menyebut ketiga-tiganya dalam hadits ini- oh diriku, diriku, diriku, pergilah kepada selainku, pergilah ke Musa. Mereka menemui Musa lalu berkata: Wahai Musa, engkau utusan Allah, Allah melebihkanmu dengan risalah dan kalamNya atas seluruh manusia, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat kondisi kami, apa kau tidak melihat yang menimpa kami? Musa berkata kepada mereka: Rabbku saat ini benar-benar marah, Ia tidak pernah marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu sesudahnya, dulu aku pernah membunuh jiwa padahal aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya, oh diriku, diriku, diriku, pergilah kepada selainku, pergilah ke ‘Isa. Mereka mendatangi ‘Isa lalu berkata: Hai ‘Isa, engkau adalah utusan Allah, kalimatNya yang disampaikan ke maryam, ruh dariNya, engkau berbicara pada manusia saat masih berada dalam buaian, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat kondisi kami, apa kau tidak melihat yang menimpa kami? Isa berkata kepada mereka: Rabbku saat ini benar-benar marah, Ia tidak pernah marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pernah seperti itu sesudahnya, namun ia tidak menyebut dosanya, oh diriku, diriku, diriku, pergilah ke selainku, pergilah ke Muhammad. Mereka mendatangi Muhammad lalu berkata: Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah, penutup para nabi, dosamu yang telah lalu dan yang kemudian telah diampuni, berilah kami syafaat kepada Rabbmu, apa kau tidak lihat kondisi kami. Lalu aku pergi hingga sampai di bawah ‘arsy, aku tersungkur sujud pada Rabbku lalu Allah memulai dengan pujian dan sanjungan untukku yang belum pernah disampaikan pada seorang pun sebelumku, kemudian dikatakan: Hai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah pasti kau diberi, berilah syafaat nicaya kau diizinkan untuk memberi syafaat. Maka aku mengangkat kepalaku, aku berkata: Wahai Rabb, ummatku, wahai Rabb, ummatku, wahai Rabb, ummatku. Ia berkata: Hai Muhammad, masukkan orang yang tidak dihisab dari ummatmu melalui pintu-pintu surga sebelah kanan dan mereka adalah sekutu semua manusia selain pintu-pintu itu.” (HR. Bukhari 6/84 no. 4712)

Inilah yang dimanakan peristiwa syafa’atul ‘uzma. Yang Allah juga berfirman akan hal ini dalam firmanNya,

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا (79)

Dan pada sebahagian malam hari tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra’ : 79)

Maksud Allah akan mengangkatkan seseorang ke tempat yang mulia yaitu pada saat syafa’atul ‘uzma, tatkala para Nabi tidak percaya diri memintakan syafaat kepada Allah, namun Nabi ﷺ yang akhirnya memintakan syafaat dan agar persidangan dimulai. Maka setelah itu datanglah Allah ﷻ dan dimulailah persidangan sebagaimana dalam firmanNya,

وَجَاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا (22)

Dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris.” (QS. Al-Fajr : 22)

Terdapat khilaf dikalangan para ulama tentang telaga Nabi ﷺ. sebagian ulama berpendapat dan ini adalah pendapat jumhur ulama bahwa di padang mahsyar aka dijumpai al-Haud, yaitu telaga Nabi ﷺ. Dan Nabi ﷺ telah bersabda,

إِنِّي فَرَطُكُمْ عَلَى الحَوْضِ، مَنْ مَرَّ عَلَيَّ شَرِبَ، وَمَنْ شَرِبَ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا} صحيح البخاري (8/ 120{(

Susungguhnya aku menunggu kalian ditelagaku, siapa yang menuju telagaku akan minum, dan siapa yang meminumnya tak akan haus selama-lamanya.” (HR. Bukhari 8/120 no. 6583)

Dan dalam sabda yang lain Nabi ﷺ mengatakan,

إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوْضًا وَإِنَّهُمْ يَتَبَاهَوْنَ أَيُّهُمْ أَكْثَرُ وَارِدَةً، وَإِنِّي أَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ وَارِدَةً} سنن الترمذي (4/ 628{(

Sesungguhnya setia nabi itu memiliki telaga, dan sesungguhnya mereka saling membangga-bangakan siapakah di antara mereka yang paling banyak pengunjung telaganya. Dan sesungguhnya aku berharap menjadi orang yang  memiliki telaga dengan pengungjung yang paling banyak.” HR. Tirmidzi 4/628 no. 2367)

Sedangkan ulama yang lain berpendapat bahwa telaga Nabi ﷺ akan dijumpai setelah sirath, dan pendapat ini dipilih oleh Imam al-Bukhari rahimahullah.

Wallahu a’lam.

Artikel ini serial penggalan dari Ebook – Perjalanan Setelah Kematian (DOWNLOAD PDF)


Artikel asli: https://firanda.com/4351-fase-padang-mahsyar-dan-al-haudh-telaga-nabi-serial-menuju-akhirat-4.html